Wednesday, November 4, 2009
Home »
Opinion
»
OPINI: RELA UNTUK KPK
Ada yang bilang bersimpati kepada dua orang yang ditahan..
Ada yang bilang mendukung penuh KPK..
Ada yang bilang siap menjadi jaminan..
Ada yang "RELA" meninggalkan kuliah untuk berdemo..
Ada yang "RELA" meninggalkan pekerjaan untuk bagi-bagi pita hitam di jalanan..
Ada yang menuntut Kapolri mundur..
Ada yang bilang KPK dikriminalisasi..
Ada yang "RELA" mati untuk KPK..
Ada yang bikin account FB untuk mencari dukungan 1.000.000 orang..
Ada yang bikin lagu "KPK Di Hatiku"..
Ada yang "RELA" berantem di media televisi..
Ada yang ..ada yang...ada yang..
Sudah menjadi kulit dan darah daging bangsa kita..ikut-ikutan..latah
Coba anda nilai sendiri..Saya bisa benar dan juga bisa salah.
Kawan coba pikirkan...
Menurut anda, berapa persen dari orang-orang yang "RELA" itu, dengan mambentuk barisan, front, atau apapun namanya untuk mendukung KPK dan mengatakan KPK dikriminalisasi, Polri blunder, minta Kapolri dicopot, "RELA" menjadi jaminan, dll. yang benar-benar mengerti mengapa mereka melakukan itu? Apakah anda yakin lebih dari 25 persen? Saya 100% tidak yakin...saya tidak yakin. Bukan tidak yakin 100%, tetapi 100% tidak yakin. Terserah keyakinan Anda..
Siapa yang sudah bisa untuk mengatakan bahwa Polri yang salah, dan dua orang itu yang benar? Atau sebaliknya, Polri yang benar dan dua orang itu yang salah? Sekarang siapa yang kita percaya: opini atau fakta?Apakah kita percaya asumsi, ataukah kita percaya bukti? Silahkan Anda menentukan.
Yang menjadi keyakinan saya saat ini, belum ada siapa yang benar dan siapa yang salah. Pertanyaannya, apakah mereka yang menjadi SUKARELAWAN itu berhak menentukan siapa yang benar dan siapa yang salah. Kalau jawabannya iya, berarti tidak perlu ada pengadilan.
Saya juga mendukung KPK. Siapa yang tidak ingin melihat korupsi diberangus di negeri ini? Yang mengusik pikiran saya, seolah olah sudah ada justifikasi siapa yang salah dan siapa yang benar. Bukankah itu tugas pengadilan?
Saya tidak mengatakan, semua orang yang "RELA" itu tidak mengetahui permasalahan dan salah. Tidak juga saya mengatakan orang-orang itu mengerti permasalahan dan benar.
Apa yang sebenarnya saya katakan?
Kita boleh berpendapat, kita boleh beropini..kita boleh mendukung atau menentang suatu hal. Tetapi hilangkanlah sifat memalukan yang LATAH, dan ikut-ikutan. Saya sangat menghargai orang-orang yang mempunyai keyakinan dan berani bersuara, tetapi saya akan sangat malu dengan diri saya sendiri, kalau saya membabi-buta berteriak keras tanpa kepahaman.
Saya bisa benar, dan juga bisa salah. Yang pasti saya beropini dengan apa yang saya yakini.
Anda semua boleh beropini...
OPINI: RELA UNTUK KPK
Ada yang bilang bersimpati kepada dua orang yang ditahan..
Ada yang bilang mendukung penuh KPK..
Ada yang bilang siap menjadi jaminan..
Ada yang "RELA" meninggalkan kuliah untuk berdemo..
Ada yang "RELA" meninggalkan pekerjaan untuk bagi-bagi pita hitam di jalanan..
Ada yang menuntut Kapolri mundur..
Ada yang bilang KPK dikriminalisasi..
Ada yang "RELA" mati untuk KPK..
Ada yang bikin account FB untuk mencari dukungan 1.000.000 orang..
Ada yang bikin lagu "KPK Di Hatiku"..
Ada yang "RELA" berantem di media televisi..
Ada yang ..ada yang...ada yang..
Sudah menjadi kulit dan darah daging bangsa kita..ikut-ikutan..latah
Coba anda nilai sendiri..Saya bisa benar dan juga bisa salah.
Kawan coba pikirkan...
Menurut anda, berapa persen dari orang-orang yang "RELA" itu, dengan mambentuk barisan, front, atau apapun namanya untuk mendukung KPK dan mengatakan KPK dikriminalisasi, Polri blunder, minta Kapolri dicopot, "RELA" menjadi jaminan, dll. yang benar-benar mengerti mengapa mereka melakukan itu? Apakah anda yakin lebih dari 25 persen? Saya 100% tidak yakin...saya tidak yakin. Bukan tidak yakin 100%, tetapi 100% tidak yakin. Terserah keyakinan Anda..
Siapa yang sudah bisa untuk mengatakan bahwa Polri yang salah, dan dua orang itu yang benar? Atau sebaliknya, Polri yang benar dan dua orang itu yang salah? Sekarang siapa yang kita percaya: opini atau fakta?Apakah kita percaya asumsi, ataukah kita percaya bukti? Silahkan Anda menentukan.
Yang menjadi keyakinan saya saat ini, belum ada siapa yang benar dan siapa yang salah. Pertanyaannya, apakah mereka yang menjadi SUKARELAWAN itu berhak menentukan siapa yang benar dan siapa yang salah. Kalau jawabannya iya, berarti tidak perlu ada pengadilan.
Saya juga mendukung KPK. Siapa yang tidak ingin melihat korupsi diberangus di negeri ini? Yang mengusik pikiran saya, seolah olah sudah ada justifikasi siapa yang salah dan siapa yang benar. Bukankah itu tugas pengadilan?
Saya tidak mengatakan, semua orang yang "RELA" itu tidak mengetahui permasalahan dan salah. Tidak juga saya mengatakan orang-orang itu mengerti permasalahan dan benar.
Apa yang sebenarnya saya katakan?
Kita boleh berpendapat, kita boleh beropini..kita boleh mendukung atau menentang suatu hal. Tetapi hilangkanlah sifat memalukan yang LATAH, dan ikut-ikutan. Saya sangat menghargai orang-orang yang mempunyai keyakinan dan berani bersuara, tetapi saya akan sangat malu dengan diri saya sendiri, kalau saya membabi-buta berteriak keras tanpa kepahaman.
Saya bisa benar, dan juga bisa salah. Yang pasti saya beropini dengan apa yang saya yakini.
Anda semua boleh beropini...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
sekarang buaya dikeroyok cicak, heheheee
ReplyDeleteKPK harus di bela, apapun alasannya..
ReplyDeleteGood one :)
ReplyDeleteawalnya saya juga begitu, msh blank siapa yg slh en yg benar, tapi setelah mengikuti perkembangan yg ada, apalagi stelah mndgr rekaman itu, wah...mmg sepertinya ada indikasi kiminalisasi kpk
ReplyDeleteseri ngak bisa komen ya.... orang seberang ngak tahu cerita sebenar nanti tambah ribut.
ReplyDeleteseperti anda bilang, kita memang perlu untuk selalu kritis pada banyak hal. Tapi setidaknya, kita ikut2an mengikuti hal yang baik ya, bukan ikut korupsi atau jadi mafia peradilan. Peace Indonesia!
ReplyDeleteSaya setuju KPK memang harus dibela. Siapa yang tidak ingin korupsi diberangus di negeri ini. Hanya yg mengusik pikiran saya, semua orang seolah-olah sudah kasih justifikasi, siapa ynahg benar dan siapa yang salah..Apakah memang sudah terbukti? Itu kan tugas pengadilan
ReplyDeletesalam sobat
ReplyDeleteiya kita semua beropini dengan keyakinan sendiri,,tanpa ikut2an,,
siip banget artikelnya,,
memang lagi semarak dibicarakan KPK ini..
diblogmanapun kalau masalah ini sob saya cuma bisa bilang no comment
ReplyDeleteKPK di dadaku......
ReplyDeleteKPK is the best..
ReplyDeletetapi dalam tubuh polisi sendiri pasti masih ada yang bersih dan itu hanya sebuah kroco - kroco kecil...
hidup KPK hidup polisi,,,
kejaksaan justru yang saya pertanyakan
KPK - Polisi - Kejaksaan seharusnya menjadi partner yg solid... Adakah rekayasa dari luar? Ya, mereka diobok-obok oleh seorang "Mr.A" yg begitu lincahnya mengatur strategi jitu untuk menyuap.... dst...
ReplyDeleteyah semoga yang benar yang menang
ReplyDeletehe he buaya di kitikin cicak2 mati nggak ya thanks
ReplyDeletecare for link exchange?:)
ReplyDeleteiyaa bener ka... :) piet juga ikut2'an padahal ga paham betul apa masalahnya ???
ReplyDeleteheee :D
awalnya latah tp dapet pencerahan :)
makasih ka
Wah, kalau saya setuju bgt. Sekarang kan memang belum ada yang terbukti benar atau salah...
ReplyDeletecare for link exchange?:)
ReplyDeleteMaaf Mas Amrih .. Apa ini Mas Amrih yang dulu di SMPN 1 PWO ..klas A terusss yang dulu sekelas ama saya ( Difer F.)
ReplyDeleteKalo liat dari photonay sih..kayaknya iya ..
Untuk sahabatku Difer Filip:
ReplyDeleteBener bgt, posisi dimana sekarang?
Ko ga ninggalin contact?
akhirnya...ktemu sobat lama.. hehe
ReplyDeletesaya Sejak 98 sampe sekarang posisi di Batam,..saya tunggu sambungan silaturahim nya di email saya Umairbatam(@)gmaildot com , saya masih komunikasi ama temen SMPN 1 yg bisa di seacrching di FB,.. spt Pak Dokter Bayu W, Waluyo jkt,dllc x
Sekarang masalah ini sudah "selesai".
ReplyDeleteKita tinggal tunggu isu-isu lain yang bakalan menjadi sarapan kita sehari-hari. Masyarakat kita masih senag dimabukkan dengan isu2 baru, melanjutkan kelatahannya.
Setelah demo anti-korupsi yang sudah cukup menghabiskan energi kita, sekarang tinggal menunggu masalah Sri Mulyani. Pasti akan menjadi seperti bebek yang ditaburi beras, semua ngikut nimbrung, rame-rame beramtem dan menggelar debat..dan setelah muncul isu berikutnya...ya sudah hilang tanpa bekas. Silahkan teruskan kelatahan ini kalau memang ingin sampai mati kita akan tetap begini