"Kita yang merencanakan, Tuhan yang menentukan.. "
Sebagai umat yg ber-Tuhan, dari dulu saya setuju dengan makna kalimat itu. Meskipun bukan yang pertama kali, kali ini sekali lagi saya harus tunduk kepada suratan tangan Tuhan. Bukan untuk membesar-besarkan, dan memang ini bukan sesuatu yang terlalu besar untuk disesali atau diratapi..."cuma" tidak bisa pulang bertemu orang tua dan keluarga saat lebaran.
Semingu yang lalu, atas kebijakan kantor semua karyawan di departemen saya diminta mengisi formulir cuti. Tujuannya tentu saja untuk memetakan siapa yang akan pulang dan siapa yang akan bertahan, bertahan di kantor, meskipun tidak benar-benar di kantor tentunya. Sudah mengisi formulir dengan jadwal cuti tanggal 18 September s.d. 4 Oktober, saya merasa lega. "Separuh jalan sudah terlewati untuk bisa lihat kampung halaman dan juga bertemu orang-orang tercinta", pikir saya.
Malam harinya, di rumah sudah searching tiket Pekanbaru - Jakarta untuk pulang. Rencana saya dari Jakarta ke Solo disambung dengan Kereta Api, karena ada seseorang yang akan ikut "mudik" ke Solo. Meskipun sudah mendengar berita di TV tiket kereta api s.d. H-1 sudah habis terjual, saya tidak ambil pusing. Saya yakin pasti dapat. Bukankah saya percaya bahwa Tuhan yang menentukan. Saya juga sudah minta dicarikan tiket Pekanbaru-Jakarta dari kantor. Wah, sudah 75% jalan terlampaui...
Pada hari Kamis kemarin, departemen kembali menyusun rencana. Diadakan meeting sekali lagi untuk memastikan siapa beruntung dan siapa yang tidak beruntung... Akhirnya saya masuk dalam kelompok yang kurang beruntung karena diputuskan tidak bisa ambil cuti saat hari raya. Alasannya tidak ada orang yang cukup untuk standby Memang kebetulan rekan saya yang biasa kerja bareng memutuskan untuk pergi dari kantor dan pergi selama-lamanya. Eit.., jangan salah dulu, maksudnya pulang lebaran dan tidak balik kerja di kantor kami lagi. resign.. Akhirnya saya harus standby s.d. tanggal 24 September. Jadi rencana pulang masih bisa, meskipun sudah sedikit kehilangan momentum Wah, ternyata kisah berakhir sedih di tahun ini, tidak bisa berkumpul keluarga dan orang-orang tercinta saat hari bahagia..
Kita yang merencanakan, Tuhan yang menentukan
Semingu yang lalu, atas kebijakan kantor semua karyawan di departemen saya diminta mengisi formulir cuti. Tujuannya tentu saja untuk memetakan siapa yang akan pulang dan siapa yang akan bertahan, bertahan di kantor, meskipun tidak benar-benar di kantor tentunya. Sudah mengisi formulir dengan jadwal cuti tanggal 18 September s.d. 4 Oktober, saya merasa lega. "Separuh jalan sudah terlewati untuk bisa lihat kampung halaman dan juga bertemu orang-orang tercinta", pikir saya.
Malam harinya, di rumah sudah searching tiket Pekanbaru - Jakarta untuk pulang. Rencana saya dari Jakarta ke Solo disambung dengan Kereta Api, karena ada seseorang yang akan ikut "mudik" ke Solo. Meskipun sudah mendengar berita di TV tiket kereta api s.d. H-1 sudah habis terjual, saya tidak ambil pusing. Saya yakin pasti dapat. Bukankah saya percaya bahwa Tuhan yang menentukan. Saya juga sudah minta dicarikan tiket Pekanbaru-Jakarta dari kantor. Wah, sudah 75% jalan terlampaui...
Pada hari Kamis kemarin, departemen kembali menyusun rencana. Diadakan meeting sekali lagi untuk memastikan siapa beruntung dan siapa yang tidak beruntung... Akhirnya saya masuk dalam kelompok yang kurang beruntung karena diputuskan tidak bisa ambil cuti saat hari raya. Alasannya tidak ada orang yang cukup untuk standby Memang kebetulan rekan saya yang biasa kerja bareng memutuskan untuk pergi dari kantor dan pergi selama-lamanya. Eit.., jangan salah dulu, maksudnya pulang lebaran dan tidak balik kerja di kantor kami lagi. resign.. Akhirnya saya harus standby s.d. tanggal 24 September. Jadi rencana pulang masih bisa, meskipun sudah sedikit kehilangan momentum Wah, ternyata kisah berakhir sedih di tahun ini, tidak bisa berkumpul keluarga dan orang-orang tercinta saat hari bahagia..
Kita yang merencanakan, Tuhan yang menentukan
0 comment:
Post a Comment